Berkunjung ke Masjid At-Tin
Sebut saja perjalanan saya kali ini sebagai wisata religi. Kisah ini
berawal tepatnya pada hari Minggu, 29 Maret 2015 saya dan seorang sahabat yang
bernama Senja pergi berkunjung ke Masjid At-Tin yang berada di kawasan TMII
(Taman Mini Indonesia Indah). Ditengah hiruk pikuknya kota Depok, kami
memutuskan untuk melepas kejenuhan dengan berkunjung ke Masjid At-Tin. Kami
hanya membutuhkan waktu lebih kurang setengah jam perjalanan dengan mengendarai
sepeda motor menuju Masjid At-Tin. Siapa
yang tidak kenal dengan Masjid At-Tin?
Masjid yang berdiri megah dengan arsitektur yang menyerupai anak panah pada
dinding di hampir semua sudut dan ornamen yang menghiasinya. Masjid ini
dibangun untuk mengenang jasa-jasa istri mantan Presiden Soeharto yang bernama
Ibu Tien. Masjid At Tin yang megah ini dibangun di atas lahan seluas 70.000
meter persegi, dengan ruangan utamanya mampu menampung sebanyak 9.000 jamaah
dan 1.850 jamaah lainnya bisa ditampung di selasar dan plaza. Hari itu adalah
pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Masjid tersebut.
Meskipun hari Minggu, namun pengunjung masjid tidak begitu banyak. Terlihat parkiran masjid yang terisi oleh beberapa sepeda motor dan mobil. Kalau di hitung pun jumlah kendaraan yang ada di parkiran saat itu tidak lebih dari 50 kendaraan. Setelah memarkir sepeda motor, kami pun melangkahkan kaki dan mulai mengamati ke sekeliling masjid tersebut. Terlihat beberapa pohon di halaman depan masjid. Setelah itu kami pun berjalan menyusuri koridor di masjid.
Meskipun hari Minggu, namun pengunjung masjid tidak begitu banyak. Terlihat parkiran masjid yang terisi oleh beberapa sepeda motor dan mobil. Kalau di hitung pun jumlah kendaraan yang ada di parkiran saat itu tidak lebih dari 50 kendaraan. Setelah memarkir sepeda motor, kami pun melangkahkan kaki dan mulai mengamati ke sekeliling masjid tersebut. Terlihat beberapa pohon di halaman depan masjid. Setelah itu kami pun berjalan menyusuri koridor di masjid.
Bertepatan dengan masuknya
shalat ashar, kami menyegerakan diri untuk pergi berwudhu. Tidak seperti masjid
kebanyakan, At-Tin begitu sepi dengan pengunjung pada hari itu. Saya merasakan
kuatnya aura spiritual yang terpancar dari masjid ini. Suasana yang begitu
menenangkan dan mendamaikan terasa pas sekali dengan kebutuhan ruhiyah kami.
Setelah berwudhu, kami berjalan menaiki anak tangga yang berkelok menuju lantai
dua. Setibanya di lantai dua, perhatian saya pun teralihkan oleh langit-langit
masjidnya. Langit-langit masjid ini dihiasi dengan ukiran kaligrafi yang
tersusun rapi membentuk sebuah lingkaran diterangi oleh beberapa lampu kristal yang
tidak saya hitung berapa jumlahnya. Lampu-lampu yang indah menjadi sumber
penerangan di lantai dua ini.
Lagi-lagi dinding bagian depan bergaya seperti anak panah, saya pun juga melihat mimbar masjidnya.
Setelah selesai menunaikan shalat berjamaah
kami berdoa dan menyempatkan diri untuk bertilawah. Membaca lembaran demi
lembaran kitab yang menjadi pedoman hidup selama ini. Rumah Allah ini begitu
menentramkan jiwa, kami memutuskan untuk berkeliling sembari menunggu azan
magrib berkumandang. Pertama-tama kami kembali menyusuri koridor masjid sampai
kepada salah satu menara masjid.
Kemudian, kami menyusuri anak tangga dan turun ke halaman depan masjid serta mengambil beberapa foto di bagian masjid yang kami rasa cukup menarik untuk
dijadikan latar untuk berfoto.
Tak berapa lama kemudian, saya melihat warna
oranye kemerah-merahan mulai mendominasi langit At-Tin. Senja pun menghampiri
siang. Seperti biasa melakukan tugasnya bagaikan sebuah transistor yang menjadi penyambung antara siang dan
malam. Langit senja yang indah hanya bisa dinikmati sementara saja. Azan magrib
pun akhirnya berkumandang. Kali ini, saya mendengar langsung suara azan yang
sangat merdu. Panggilan khusus bagi para hamba supaya segera menunaikan
kewajiban kepadaNya. Shalat magrib berjamaah dibawah langit-langit kubah Masjid
At-Tin. Lantunan bacaan shalat yang merdu sang imam pun mengiringi shalat
jamaah tiga raka’at kami. Suasana masjid yang religius semakin terasa dikala
itu. Sungguh, Allah Maha Besar dengan segala ketetapanNya. Dia yang telah
menciptakan siang dan malam, mengatur seluruh alam semesta beserta isinya. Dia
mengatur segalanya sedemikian rupa sehingga kita tak pernah merasakan gerakan
bumi ketika berotasi maupun berevolusi mengelilingi matahari. Peralihan dari
siang menuju malam adalah salah satu tanda kebesaran Allah yang tidak akan
pernah ada satu makhluk pun dapat menandingiNya untuk melakukan hal yang sama.
Suasana Masjid At-Tin yang tidak begitu ramai dengan pengunjung pada hari itu masih sangat saya rindukan sampai sekarang. Berharap bisa kembali lagi kesana, berharap mendapatkan ketenangan dan kedamaian ditengah hiruk pikuknya kota Depok.
Suasana Masjid At-Tin yang tidak begitu ramai dengan pengunjung pada hari itu masih sangat saya rindukan sampai sekarang. Berharap bisa kembali lagi kesana, berharap mendapatkan ketenangan dan kedamaian ditengah hiruk pikuknya kota Depok.
Comments
Post a Comment