Berhak Untuk Berhenti

Terlambat.

Mungkin dulu kau benar. Hanya saja aku yang tak pernah mendengarkan. Berbohong pada diri sendiri, mengabaikan jeritan hati. Ketika kau ungkap semuanya kini, yang tersisa hanyalah penyesalan, penyesalan terdalam di palung hati. Aku, orang yang kini rasakan rasamu yang dulu. Aku, orang yang berupaya untuk menjadi orang yang tau diri. Mulanya kau ragu akan rasaku karena bisa dibilang aku telah terlambat. Usai semua perjalananmu menuju ku, dan tinggallah aku sendiri menahan sepiku.


Siang.

Hari ini, kita bertemu. Duduk berhadapan menyeruput kopi favorit kita, seperti biasa. Namun apa kau tau? Aku tak mampu menahan gejolak rasa, setelah ku tau bahwa semua terlambat. Aku yang biasanya begitu periang seketika menjadi tumpukan gunung es di lautan luas, begitu kaku aku di hadapanmu. Aku tak mampu melihat wajahmu yang meneduhkan itu lagi barang lima detik. Ketika kita saling bertatapan, aku berusaha mengalihkan perhatianku. Apa kau tau? Hatiku tak sebiru langit siang. Dan memang warnanya bukan biru, melainkan abu-abu kehitaman. Aku merasa akan segera turun hujan, ya hujan dihatiku.


Selamat Tinggal.

Setelah berhari-hari dadaku sesak, aku memutuskan untuk beristirahat. Beristirahat dari aktivitas memikirkan semua hal tentangmu, bermimpi tentangmu, dan berharap tentangmu. Pada akhirnya aku lelah. Ya, siapa sangka aku bisa lelah secepat itu. Siapa sangka aku bisa menyerah semudah itu hanya karena tak mampu bendung luapan rasa. Maaf, ternyata aku salah. Kau bukanlah orang yang seharusnya aku perjuangkan dan pertahankan. Aku hanya mendapatkan perih dan sakit di dadaku jika tetap melindungi namamu dihatiku. Untukmu yang bukan terindahku lagi, sambil tersenyum aku ucapkan selamat tinggal :)



Comments

Popular posts from this blog

Jenis - jenis Keyboard

GUNUNG BUNGSU

Perbedaan Vektor dan Bitmap